ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

APA KABAR IMAN MU HARI INI?
INGATLAH.. IMAN ADALAH HARTA PALING BERHARGA BAGI MU,
DENGAN IMAN MAKA SEGALA SEUATU AKAN MENJADI BERHARGA,
NAMUN KATA ROSULULLAH SAW. IMAN ITU BISA NAIK, BISA TURUN,
MAKA SENANTIASA JAGALAH IMAN MU
WASSALAM
ABDURROHIM

PELUANG USAHA

peluang usaha

Senin, 27 Februari 2012

KATA-KATA BIJAK

YANG SINGKAT ADALAH WAKTU
YANG MENIPU ADALAH DUNIA
YANG DEKAT ADALAH MAUT
YANG BESAR ADALAH HAWA NAFSU
YANG MUDAH ADALAH BERBUAT DOSA
YANG SUSAH ADALAH SABAR
YANG SERING TERLUPA ADALAH BERSYUKUR
YANG MEMBAKAR AMAL ADALAH GHIBAH
YANG MENDORONG KE NERAKA ADALAH LIDAH
YANG BERHARGA ADALAH IMAN DAN AMAL
YANG DITUNGGU ADALAH TAUBAT

Kamis, 09 Februari 2012

"Mbok, orang yang munafik itu bagaimana sih mbok ?"


BELAJAR PADA SI MBOK


(diambil dari status kawan d fb 10 feb 2012
oleh: Tri Susatyo 

--"Mbok, orang yang munafik itu bagaimana sih mbok ?"

Si Mbok : "Ya, kayak simbok ini lah orang munafik itu.."

--"Ah simbok ini lho. Serius mbok saya tanyanya nih.."

Si Mbok : "Hehe... Simbok juga serius kok njawabnya. Lha simbok memang bener kok termasuk yang munafik.
..
Karena begini ya nak.. Sejauh pemahaman simbok ; Munafik itu adalah suatu sikap dusta dan durhaka, yakni :
- Pertama, Golongan Penipu - Kalau berucap tidak sama dengan fakta, atau lain kata lain perbuatan, atau kalau berupa nasehat atau ajaran tapi dia sendiri tidak menjalani. Bisa juga bersaksi tapi palsu alias bohong, atau mengaku beriman tapi berlaku dosa atau zolim;
- Kedua, Golongan Yang Tidak Menepati Janji - Kalau berjanji tidak ditepati;
- Ketiga, Golongan Penyeleweng - Kalau diberi amanah tapi disalahgunakan atau tidak dijalani sepenuhnya, misalnya: melakukan tindak korupsi, menyalahgunaan wewenang, tidak memenuhi kewajibannya, berselingkuh, dsb.
..
Nah, kalau pemahamannya demikian, tentu simbok ini juga termasuk orang yang masih munafik. Bukankah simbok juga tak lepas dari sikap atau perilaku dusta dan durhaka.. Baik berbuat dusta dan durhaka pada orang lain maupun berbuat dusta dan durhaka kepada Gusti Allah Yang Maha Suci lagi Maha Mengetahui.."

--"Hhmm, begitu ya mbok.. Apalagi saya ya mbok, pasti lebih munafik lagi.."

Si Mbok : "Ya, begitulah.. Jadi nak, kalau kita mau introspeksi : Jujur menanyakan pada diri sendiri dan menanyakan pada hati nurani kita masing-masing, maka jangan-jangan tiap hari kita itu telah munafik. Jangan-jangan diri kita sendiri lebih munafik dari orang yang kita katakan munafik."

--"Jadi bagaimana sebaiknya mbok ?"

Si Mbok : "Jadi nak, berhati-hatilah kalau berucap. Berhati-hatilah kalau berjanji. Dan berhati-hatilah dalam menjalani amanah apapun. Jangan suka menjelek-jelekkan orang lain dan menganggap diri paling benar dan paling suci. Demikian pula nak, dalam hal keimanan itu untuk secara konsisten dijalani, bukan untuk klaim diri seolah jadi orang paling beriman, akan tetapi berlaku munafik setiap hari.
..
Nak, manusia itu memang tempatnya lupa. Kita diperintahkan untuk selalu mengingat Gusti Allah agar Dia senantiasa menunjuki dan menuntun kita berada di Jalan-Nya. Jika lengah tak mengingat-Nya, maka hawanafsu kita mudah tergoda - setan datang tuk menyesatkan kita.
..
Semoga Gusti Allah senantiasa menerangi hati kita semua sehingga kita senantiasa dapat melakukan introspeksi diri - untuk memperbaiki diri dan menyucikan diri, sehingga kita menjadi orang yang konsisten dengan ucapan, janji dan amanah yang harus dijalani alias tidak berlaku munafik lagi."

--"Amin.. Terimakasih mbok.." 

Senin, 23 Januari 2012

Adab Bertetangga

Islam memerintahkan umatnya untuk bertetangga secara baik. Bahkan, saking seringnya Jibril mewasiatkan agar bertetangga dengan baik, Rasulullah pernah mengira tetangga termasuk ahli waris. Kata Rasulullah, seperti diriwayatkan oleh Aisyah, ''Jibril selalu mewasiatkan kepadaku tentang tetangga sampai aku menyangka bahwa ia akan mewarisinya.'' (HR Bukhari-Muslim).

Namun, ternyata waris atau warisan yang dimaksud Jibril adalah agar umat Islam selalu menjaga hubungan baik dengan sesama tetangga. Bertetangga dengan baik itu, termasuk menyebarkan salam ketika bertemu, menyapa, menanyakan kabarnya, menebar senyum, dan mengirimkan hadiah. Sabda Rasulullah SAW, ''Wahai Abu Dzar, jika engkau memasak sayur maka perbanyaklah airnya dan bagikanlah kepada tetanggamu.'' (HR Muslim).

Lihatlah, betapa ringan ajaran Rasulullah, namun dampaknya sangat luar biasa bagi kerukunan dan keharmonisan kita dalam bermasyarakat. Untuk memberi hadiah tidak harus berupa bingkisan mahal, tapi cukup memberi sayur yang sehari-hari kita masak.

Untuk menjaga hubungan baik dengan tetangga, Rasulullah juga memerintahkan untuk saling menenggang perasaan masing-masing. ''Barang siapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir,'' kata Rasulullah, ''maka hendaknya ia tidak menyakiti tetangganya.'' (HR Bukhari).

Suatu kali, seorang sahabat bertanya kepada Rasulullah tentang seorang wanita yang dikenal rajin melaksanakan shalat, puasa, dan zakat, tapi ia juga sering menyakiti tetangganya dengan lisannya. Rasulullah menegaskan, ''Pantasnya dia di dalam api neraka!''

Kemudian, sahabat itu bertanya lagi mengenai seorang wanita lain yang dikenal sedikit melaksanakan shalat dan puasa, namun sering berinfak dan tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya. Jawab Rasulullah, ''Ia pantas masuk surga!'' (HR Ahmad).

Seorang wanita bersusah payah melaksanakan shalat wajib, bangun malam, menahan haus dan lapar, serta mengorbankan harta untuk berinfak, namun menjadi mubazir lantaran buruk dalam bertutur sapa dengan tetangganya. Rasulullah bersumpah terhadap orang yang berperilaku demikian, tiga kali, dengan sumpahnya, ''Demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman
...!''

Sahabat bertanya, ''Siapa, ya Rasulullah?'' Beliau menjawab, ''Orang yang tetangganya tidak pernah merasa aman dari keburukan perilakunya.'' (HR Bukhari).

Suatu kali, Aisyah pernah bingung mengenai siapa di antara tentangganya yang harus diutamakan. Lalu, ia bertanya kepada Rasulullah, ''Ya Rasulullah, saya mempunyai dua orang tetangga, kepada siapakah aku harus memberikan hadiah?'' Beliau bersabda, ''Kepada yang paling dekat rumahnya.'' (HR Bukhari).

Rasulullah menjadikan akhlak kepada tetangga sebagai acuan penilaian kebaikan seseorang. Kata beliau, ''Sebaik-baik kawan di sisi Allah adalah yang paling baik (budi pekertinya) terhadap kawannya, sebaik-baik tetangga adalah yang paling baik kepada tetangganya.'' (HR Tirmidzi). (Didik Hariyanto)

sumber : Republika

Minggu, 22 Januari 2012

10 Wasiat Allah kepada Nabi Musa as

10 Wasiat Allah kepada Nabi Musa as


Abul-Laits Assamarqandi meriwayatkan kepada sanadnya dari Jabir bin Abdillah r.a. berkata Rasulullah S.A.W bersabda : "Allah S.W.T. telah memberikan kepada Nabi Musa bin Imran a.s. dalam alwaah 10 bab :

Wahai Musa jangan menyekutukan aku dengan suatu apa pun bahwa aku telah memutuskan bahwa api neraka akan menyambar muka orang-orang musyrikin.

Taatlah kepada-Ku dan kedua orang tuamu nescaya Aku peliharamu dari sebarang bahaya dan akan Aku lanjutkan umurmu dan Aku hidupkan kamu dengan penghidupan yang baik.

Jangan sekali-kali membunuh jiwa yang Aku haramkan kecuali dengan hak nescaya akan menjadi sempit bagimu dunia yang luas dan langit dengan semua penjurunya dan akan kembali engkau dengan murka-Ku ke dalam api neraka.

Jangan sekali-kali sumpah dengan nama-Ku dalam dusta atau durhaka sebab Aku tidak akan membersihkan orang yang tidak mensucikan Aku dan tidak mengagung-agungkan nama-Ku.

Jangan hasad dengki dan irihati terhadap apa yang Aku berikan kepada orang-orang, sebab penghasut itu musuh nikmat-Ku, menolak kehendak-Ku, membenci kepada pembahagian yang Aku berikan kepada hamba-hamba-Ku dan sesiapa yang tidak meninggalkan perbuatan tersebut, maka bukan daripada-Ku.

Jangan menjadi saksi terhadap apa yang tidak engkau ketahui dengan benar-benar dan engkau ingati dengan akalmu dan perasaanmu sebab Aku menuntut saksi-saksi itu dengan teliti atas persaksian mereka.

Jangan mencuri dan jangan berzina isteri jiran tetanggamu sebab nescaya Aku tutup wajah-Ku daripadamu dan Aku tutup pintu-pintu langit daripadanya.

Jangan menyembelih korban untuk selain dari-Ku sebab Aku tidak menerima korban kecuali yang disebut nama-Ku dan ikhlas untuk-Ku.

Cintailah terhadap sesama manusia sebagaimana yang engkau suka terhadap dirimu sendiri.

Jadikan hari Sabtu itu hari untuk beribadat kepada-Ku dan hiburkan anak keluargamu. Kemudian Rasulullah S.A.W bersabda lagi : "Sesungguhnya Allah S.W.T menjadikan hari Sabtu itu hari raya untuk Nabi Musa a.s. dan Allah S.W.T memilih hari Juma'at sebagai hari raya untukku."

sumber : File 1001 KisahTeladan by Heksa